Senin, 26 November 2012

bolehkah?

Hai, objek baru ku!
entah kamu objek kesukaanku untuk selamanya atau hanya objek ku untuk sementara. Tapi yang jelas, objek favorit ku tetap dia yang lama..

Kamu berparas tampan, senyum manis, dan poros tubuh yang cukup tinggi membuat otakku tak pernah berhenti berputar untuk memikirkan mu. kamu hampir sempurna, sampai pada tiba saatnya pagi itu aku melihat mu memakai jas putih dengan celana hitam. sosok yang benar-benar sempurna, yang kurasa kau hanya benar angan ku saja.

kau selalu dalam keadaan terburu-buru setiap saat bertemu dengan ku,  kau selalu dalam keadaan setengah berlari saat bertatapan dengan ku, gadget itu...tak lepas dari genggaman tanganmu. bisakah gadget mu itu yang selalu kau genggam digantikan dengan jari-jemariku. aku siap mengikuti setiap langkahmu berlari, setiap langkahmu yang terburu-buru. tapi, siapkah kamu menarik aku untuk mengikutimu?

beberapa waktu yang lalu, untuk keberapa kalinya aku bertemu dengan mu lagi. kau membuka pintu mobil putih perak dengan cepatnya lalu menutupnya kembali, dengan hitungan detik kau berlari secepat kilat pergi tanpa menengok sedikit pun kearah lain. tapi bedanya kali ini kau tak membawa gadget itu. genggaman mu kosong, kau tak menggenggam apa-apa. apakah itu artinya aku dapat memegang genggaman mu sekarang? boleh kah aku memegang jari-jemarimu sekali saja untuk ikut berlari bersamamu?

khayalan. bukan kah khayalan ku tinggi? sangat tinggi. dan kini aku terjatuh dalam khayalanku sendiri. aku melihat mu tanpa berlari, dalam keadaan tenang, dengan senyum yang merekah membawa dia 'wanita' yang cukup menarik dengan jas setelan putih juga.  kurasa itu milikmu yang baru-baru saja ku lihat, kurasa dia adalah seseorang istimewa untuk mu yang lebih istimewa. tapi, kenapa dia tak ada dalam genggaman jari-jemarimu yang selalu menjadi hal favorit bagiku beberapa hari terakhir ini.

apa dia bukan yang istimewa untuk mu? apa iya dia bukan milikmu? dan apakah aku masih boleh berharap kepadamu? tapi sampai kapan aku boleh berharap untuk mu? sampai aku tak melihatmu lagi atau sampai akhirnya aku tau kau hanya untuk menjadi bayangan bagi mataku ini..

Senin, 05 November 2012

untuk kamu dari pena tentang rindu



Hei objek favoritku, ternyata memang benar kaulah selama ini pemilik hati ini. Memang benar selama ini kaulah penyejuk hati ini. Tapi kali ini kemana kamu? Seminggu telah berlalu namun kabarmu tak kunjung jua menghamipiri ku. Aku merindukan mu, merindukan sosokmu yang selalu hadir membawa kehangatan tersendiri bagi hatiku. Ternyata jarak yang memisahkan kita cukup membuat bentangan rindu yang hadir dalam diri ini semakin merajut bertambah pesat.

Aku tak kuasa menahan semuanya sendiri, aku ingin berbagi kisah rindu ini dengan mu. Aku ingin berbagi pundak dengan mu, sedikit pelukan bukankah mampu merubah segalanya? Aku ingin pelukan itu...
Sebelumnya pernah ku coba untuk mencoba pergi menjauh darimu dan aku berhasil, namun itu tak berangsur lama. Semakin aku berhasil melupakanmu ternyata semakin terperosoklah aku dalam ingatan tentang mu. Kenapa kamu begitu menjerat setiap sisi lekukan hati ku? Kenapa kamu tak pernah sedikit pun membiarkan aku berasumsi dengan yang lain?

Aku ingin!! Ingin bahagia, dengan utuh. Bukan bahagia yang setengah-setengah seperti ini. Bukan bahagia yang membuat ku terluka tanpa sengaja seperti ini. Seperti palsu namun kenyataannya aku bahagia. Mungkin ini yang disebut munafik, perasaan yang selalu membuat aku tersenyum namun selanjutnya membuat aku menangis tak terkira.

Sejujurnya ini hanya sedikit kataku selama aku merindukan mu, rindu yang tercampur aduk dengan perasaan benci, cinta, dan sayang. Ku ingin temu! Temu yang mungkin akan memperjelas semua keadaan ini. Temu yang membuat aku bahagia karena melihatmu walaupun ku tahu temu tak akan mungkin mendekam selamanya. Namun kurasa, sedikit lebih baik daripada tidak sama sekali dalam mencintai seseorang.

Rinduku terangkai hingga beratus-ratus kata, benci ku terangkai hingga ku kehabisan kata-kata, cintaku terangkai hingga ku tak bisa berkata-kata. Sebegitu tak jelaskah perasaan ku ketika sedang memikirkan mu. Aku tak pernah bisa mengatur sedikit perasaanku saat kau mulai terlintas diotak ku. Kamu lah, si sukses yang membuat otak ku merasakan hal-hal tak karuan.

Untukmu, rinduku bertaburan diatas pena bertinta hitam. Aku rindu kamu manusia berinisal ‘Y’. Terima kasih untuk sebuah adamu selama ini yang mampu menuliskan sebuah cerita-cerita baru untuk hidupku.