Kamis, 12 April 2012

The Grey History

Aku termenung menatap hujan yang membasahi permukaan bumi ini, sesekali aku tersenyum memalingkan wajah ku dari sudut jendela kearah secarik kertas usang berwarna coklat. Hal ini membut aku dan ingatan ku bekerja dalam mengingat masa lalu.... Masa lalu tentang dia yang menjadi segalanya bagi ku tetapi tak bisa ku miliki. Aku bahagia.......... Logika ku berjalan tak menentu, tetapi entah mengapa aku lebih banyak merasakan sesak seakan luka lama yang telah pulih kini kembali menyakiti ku. "kemana kertas gue? Lo yang ambilkan? Atau lo robek apa jangan-jangan lo buang? Ha?" bentaknya kepada ku. "yee, bukan gue! Asal nuduh aja sih lo.." bentak ku padanya tanpa mau mengalah. Setelah itu ia pergi meninggalkan ku, aku merasa bersalah. Ya memang benar kertas itu ada pada ku, namun aku membutuhkannya lebih dibanding kamu. Kejadian tadi itu adalah kejadian pertama kali aku dengannya bisa berbicara walaupun pada saat suasana tak mendukung. Aku dan dia sudah sangat lama mengalami keterdiaman. Keterdiaman akibat masalah besar yang ku perbuat. Aku dan dia dulu tidak seperti ini, aku dan dia dulu adalah hal tak terpisahkan. Dulu kita adalah satu, bukan satu-satu seperti sekarang. Membayangkan hal ini membuat aku tersenyum dan bahagia, namun perasaan dihati ku bertolak belakang dengan apa yang ku rasa. Mungkin karena kenangan ini lebih banyak meninggalkan luka tangis daripada senyum bahagia. Kenangan ini membuat aku merasakan penyesalan untuk yang kedua kalinya, penyesalan atas dirinya. 'aku yang berniat menghancurkannya, tapi kenapa aku yang merasakan kehancuran ini' entah mengapa kenangan ini selalu membuat aku hancur.. Ingatan ku kembali disaat-saat aku bersamanya... "kamu kemana? Aku telponin kamu dari tadi pulang sekolah sampe sekarang kenapa baru diangkat?" tanyanya kepadaku. "aku ngga kemana-mana kok, aku kan selalu disini. Dihati kamu...." jawab ku padanya. Itu adalah kebohongan akhir yang ku katakan padanya. Aku merasa bersalah, atas kesalahan akhir yang kulakukan dan itu sangat fatal. Karena, atas kebohongan itu aku tak pernah bisa bangkit untuk mencari hidup baru tanpa mu.... kini, otak ku memutar kenangan kearah hal yang paling aku benci. Kenangan atas keputusan ku yang sampai kini masih menjadi penyesalan terdalam. Aku mengucapkan kata yang tidak seharusnya ku ucapkan. Seharusnya aku sadar sedari awal, dia menangis dia membenci ku dia tak mau bertemu lagi dengan ku. Aku pun kini membenci diriku sendiri. Aku ingin semua kembali seperti dahulu, aku ingin melihat dia tertawa karena diriku dan bahagia karena aku juga. Kini aku hanya bisa terdiam dan merasakan semuanya dengan lapang. Dan mungkin memang ini balasan dari tuhan atas aku yang menyia-nyiakanmu. Keterdiaman ku, kesunyian ku, dan kepura-puraan ku adalah hal terindah yang bisa kulakuan untuk mu... Terima kasih atas kenangan selama ini, kau dan aku mungkin terlalu abu-abu untuk bersama seperti dulu :')

Tidak ada komentar:

Posting Komentar